Pengukuhan Suharso Monoarfa menjadi Pelaksana Pekerjaan (Plt) Ketua Umum (Ketum) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Hotel Seruni, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Rabu 20 Maret 2019 malam diwarnai tangisan sang Plt Ketum.
Dalam sambutan perdananya selesai dikukuhkan menjadi Plt Ketum PPP, Suharso tidak dapat membendung tangisannya meratapi momen penangkapan bekas Ketum PPP Romahurmuziy atau biasa dipanggil Rommy oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada minggu kemarin.
Baca juga : Biaya Kuliah UNHAS - Pendaftaran UNHAS
"Saya tidak sempat punya mimpi untuk berdiri di sini, terima mandat ini yang benar-benar berat untuk saya. Buat saya, saudara Romy itu ya anak saya, ya adik saya," papar sekalian menangis.
"Saya tidak menduga, benar-benar tidak menduga jika itu (penangkapan atas Rommy-red) berlangsung pada seorang yang menurut saya seperti meteor, jadi calon pemimpin bangsa di masa datang. Semua ada di beliau. Kemampuan ada, capability ada. Bibit, bebet, beratnya ada, toh pun terjungkal," lanjut Suharso yang pun anggota Dewan Pertimbangan Presiden ini.
Suharso mengakui terasa begitu susah. Apakah yang dihadapi Rommy sebagai ketum partai politik berbasiskan Islam dengan simbol Kakbah begitu berlainan momen yang menerpanya.
"Kita dalam suatu partai dengan simbol Kakbah, letaknya di Mekkah. Mekkah itu asal tuturnya bakkah, bakkah itu air mata. Apa karenanya lalu partai kita ini penuh dengan air mata?" katanya.
Menurutnya, Kakbah menjadi lambang partai tidak didapat dengan langsung. Akan tetapi didapat atas peranan beberapa ulama.
"Saya duga riwayat itu semua kita ketahui. Entahlah apakah yang menusuk serta mendekati kita semacam ini. Kita miliki pimpinan yang hebat-hebat di waktu kemarin. Kita luar dapat di waktu Orde Baru. Bahkan juga di awalnya Reformasi ialah Pak Hamzah Haz yang menurut saya, saat orang meremehkan PPP, di tangan beliau kita raih juara ke-3 dengan kursi 59. Kita pun merampas kursi-kursi di eksekusif, yudikatif, bahkan juga di Tubuh Pemeriksa Keuangan. Mengagumkan," kenangnya.
Akan tetapi masa lalu manis itu pada akhirnya berhenti sesudah periode 2014 waktu PPP dengan terus-menerus diterpa narasi kelabu dengan ditangkapnya Suryadharma Ali sebagai ketum waktu itu.
"Itu ialah riwayat yang kelabu jadi saya ajak kita semua, pertama untuk kita berinstropeksi, lihat apakah sebetulnya yang salah. Mungkin ada suatu yang membuat kita yang mudah- mudahan tidak diberi hukuman. Simbol strategi itu mengagumkan, tetapi kita seperti memperolok-olokkan. Simbol kita simbol apakah? Apakah? (Kakbah, jawab hadirin) Saudara... Kakbah saudara-saudara. Tetapi herannya kita itu jauh dari Kakbah. Jauh... Kita hanya ingat Kakbah saat kita ingin umrah, haji, atau ingin salat. Ya Allah," katanya.
Baca juga : Biaya Kuliah UNIMA - Pendaftaran UNIMA
Karenanya, sesudah dilantik jadi Plt Ketum PPP, Suharso ajak semua kader partai untuk bangun menyambut Pemilu 2019 yang kurang dari satu bulan kembali.
Suharso minta beberapa kader serta pengurus partai untuk dapat tunjukkan militansi dalam memajukan partai. "Saya katakan saya bukan plt ketum, saya ialah fasilitator. Saya miliki keinginan. Saya miliki kepercayaan. Cukup dengan kepercayaan serta dengan kesabaran serta kerja bareng, kita dapat bangun," tuturnya.
No comments:
Post a Comment